Jalur Gaza, NPC – Khalid Mustafa Dhamidah usia 13 tahun, salah satu santri Daarul Qur’an Indonesia di Gaza, berhasil menyetorkan hafalan Al-Quran 30 juz sekali duduk selama empat jam. Ini merupakan rekor penyetoran hafalan Al-Quran tercepat se-Palestina.
Khalid Mustafa mengatakan keberhasilannya tidak lepas atas izin Allah, Swt., serta tak terlepas dari peran Daarul Qur’an Indonesia dan para guru yang terus mendukungnya, memotivasi selama proses menghafal.
Tanpa kedua hal tersebut, ia mengaku tidak akan pernah mencapai apa yang telah diraihnya saat ini, yakni menjadi hāfiz Al-Qur’an pada usia 13 tahun.
Ia juga mengatakan bahwa kondisi Gaza yang hidup di bawah blokade Israel, tak sedikit pun mengurangi semangat para penghafal Al-Qur’an.
Menurut penuturan dari salah satu guru tahfiz Daarul Qur’an, Syekh Isa Al-Hartani, bahwa Khalid Mustafa berhasil menyelesaikan setoran Al-Qur’an-nya hanya dalam waktu empat jam dengan satu kesalahan saja. Menurutnya, Khalid menjadi orang pertama yang melakukan hal tersebut se-Palestina dan negara Arab pada umumnya. Kecepatan bacaan Khalid bahkan membuat para guru kesulitan untuk menyimak hafalannya.
“Ia berhasil menyelesaikan setoran Al-Qur’an-nya hanya dalam waktu empat jam dengan satu kesalahan saja. Pertama se-Palestina dan negara Arab pada umumnya. Kecepatan bacaannya bahkan membuat para guru kesulitan untuk menyimak hafalannya,” kata Syekh Isa Al-Hartani.
Dalam kesempatan kunjungan Dewan Pembina Nusantara Palestina Center (NPC) Abdillah Onim ke PPPA Daarul Qur’an Indonesia di Gaza, pada Ahad 25 November 2019, Khalid menyampaikan dirinya bercita-cita menjadi seorang dokter. Ia berharap ada pihak yang dapat membantunya mewujudkan cita-cita tersebut. Apalagi biaya yang dibutuhkan di jurusan kedokteran tidaklah kecil.
Menanggapi hal tersebut, Aktivis Kemanusiaan Indonesia di Gaza itu menyatakan pihaknya akan berkomunikasi dengan PPPA Daarul Qur’an.
“Insya Allah segera disampaikan ke pihak PPPA Daarul Qur’an,” jawab Abdillah.
Serangan yang dilancarkan atas Gaza sejak Selasa (12/11/2019) lalu, mengakibatkan 35 warga Gaza meninggal dunia dan lebih dari 120 orang cedera. Hingga hari ini, situasi Gaza belum kondusif. Tadi malam (27/11/2019) kembali Israel meluncurkan serangan ke Jalur Gaza.
Akibat perang ini warga Gaza terutama para santri hafiz Qur’an hidup serba sulit, krisis makanan, krisis obat-obatan, krisis air minum, krisis pakaian musim dingin, dan krisis selimut hangat, Mengingat saat ini Palestina memasuki awal musim dingin.
Sejak berdirinya PPPA Daarul Qur’an di Gaza pada tahun 2012 akhir, sampai hari ini telah memiliki 10 halakah dan dengan santri yang lebih dari 350 orang. Rumah Tahfiz Daarul Qur’an Indonesia di Gaza terus mengorbitkan para penghafal Al-Qur’an yang berasal dari anak-anak Palestina. Khalid merupakan salah satu dari ratusan penghafal Al-Qur an yang lahir dari PPPA Daarul Qur’an.