Riyadh, NPC – Presiden Suriah, Bashar Al-Assad, pada Sabtu (11/11/2023), menyatakan bahwa perlawanan Palestina yang gagah berani telah membuat sebuah realitas baru di kawasan dan negara-negara Arab dan Islam memiliki alat politik yang memungkinkan mengubah keadaan.
Bashar Al-Assad menyatakan bahwa jika negara-negara Arab dan Islam tidak menggunakan alat politik tersebut untuk menekan Israel, maka kata-kata apa pun yang disampaikan tidak ada artinya.
“32 tahun perdamaian telah gagal. Satu-satunya akibat dari hal tersebut adalah bahwa entitas (Israel) menjadi lebih agresif dan situasi Palestina semakin memburuk, lebih tidak adil, lebih ditindas dan sengsara,” kata Bashar Al-Assad dalam pidatonya di KTT Darurat Arab-Islam di Riyadh.
Bashar Al-Assad menegasakan bahwa kejahatan yang sedang dilakukan Israel pada saat ini di Jalur Gaza bukanlah isu Jalur Gaza, melainkan isu penjajahan tanah Palestina.
“Jalur Gaza bukanlah permasalahannya. Permasalahannya adalah Palestina, sedangkan Jalur Gaza adalah wujud dari esensi dan ekspresi nyata penderitaan rakyat Palestina. Jika kita tidak memiliki cara nyata untuk melakukan tekanan (terhadap Israel), maka langkah apa pun yang kita ambil atau sampaikan (hari ini) tidak ada artinya,” kata Bashar Al-Assad.
Bashar Al-Assad menekankan bahwa semakin lembutnya negara-negara Arab menghadapi kejahatan Israel, hanya memberikan semakin banyak kejahatan dan pembantaian.
“Kejahatan yang terus berlanjut ini tidak bisa dipisahkan dari cara kita, sebagai negara-negara Arab dan Islam, dalam merespon peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang kali terkait dengan permasalahan Palestina,” kata Bashar Al-Assad.
Hingga pada hari ke-36 perang di Jalur Gaza, Israel masih terus melakukan pemboman intensif di beberapa lokasi di Jalur Gaza. Militer pendudukan Israel menyerang dan menargetkan apa saja, khususnya rumah sakit, yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan luka-luka pada penduduk sipil. Kantor media pemerintah Palestina di Jalur Gaza menyebutkan bahwa tentara Israel telah menjatuhkan sekitar 32.000 ton bahan peledak atau sekitar lebih 13.000 bom sejak 7 Oktober lalu.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, hingga pada Sabtu (11/11/2023), sebanyak lebih 11.100 penduduk Palestina meninggal dunia dalam serangan udara militer pendudukan Israel, termasuk di antaranya lebih 8.000 adalah anak-anak dan perempuan. Sementara itu, lebih 27.500 orang mengalami luka-luka dan ribuan lainnya masih hilang di dalam reruntuhan akibat serangan bom Israel.
(T.FJ/S: RT Arabic)