Gaza, NPC – Tingkat kemiskinan di Jalur Gaza telah meningkat menjadi 59 persen dari 43 persen di lima tahun lalu dikarenakan faktor pengangguran yang sangat tinggi dan kondisi sosial yang makin memburuk.
Bank Dunia mengatakan dalam sebuah laporan yang dirilis pada hari Selasa (9/11/2021) bahwa pengangguran di Jalur Gaza mencapai 45 persen.
Menurut laporan di atas, Jalur Gaza terpukul keras selama 11 hari disebabkan oleh konflik dahsyat dengan Israel pada bulan Mei lalu, sementara ekonomi juga dipengaruhi oleh pembatasan yang diberlakukan untuk membendung penyebaran virus corona.
“Kondisi kehidupan yang mengerikan dan ketergantungan yang tinggi pada bantuan sosial, kini rakyat Gaza menjadi perhatian khusus,” kata Kanthan Shankar, Direktur Bank Dunia untuk Tepi Barat dan Gaza.
Ia menuturkan bahwa jalan untuk masa depan masih belum pasti.
“Jalan ke depan masih belum pasti,” kata Kanthan.
Tepi Barat yang diduduki
Di Tepi Barat yang diduduki, tingkat pengangguran mencapai sekitar 17 persen, hal ini menurut perhitungan Bank Dunia. Data menunjukkan bahwa situasi fiskal Otoritas Palestina tetap sangat menantang dan tidak lagi dapat meminjam dari bank domestik.
Defisit PA diperkirakan akan mencapai $ 1,36 miliar pada tahun 2021.
Bank memproyeksikan pertumbuhan yang lambat di semua wilayah Palestina menjadi sekitar 3 persen pada 2022 dibandingkan dengan 6 persen pada 2021.
Bank Dunia meminta para donor untuk membantu mengurangi defisit anggaran, dan untuk pengalihan sistematis pendapatan yang diperoleh Israel dari bisnis yang beroperasi di Area C Tepi Barat, di mana Israel memegang kendali penuh di bawah Kesepakatan Oslo 1995.
“Melepaskan sebagian dari dana ini akan memberikan pembiayaan cepat yang sangat dibutuhkan di masa-masa sulit ini,” tambah Kanthan.
Sumber: trtworld.com/
