Gaza, NPC – Pihak berwenang di Gaza telah memperingatkan bahwa satu-satunya pembangkit listrik di Jalur Gaza mungkin akan ditutup karena menipisnya pasokan bahan bakar di tengah eskalasi yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina.
Sejak eskalasi dimulai pada hari Selasa (09/05/2023), Israel telah menutup penyeberangannya dengan Gaza, termasuk penyeberangan Erez untuk individu dan penyeberangan komersial Karam Abu Salam.
“Kami peringatkan, dengan terus ditutupnya perlintasan dan pelarangan masuknya bahan bakar yang dibutuhkan untuk pembangkit listrik, pihak pengelola pembangkit terpaksa mematikan salah satu dari tiga turbinnya untuk memperpanjang masa kerjanya,” kata Salama Marouf, Ketua Umum PLTU dalam konferensi pers di kantor media di Gaza.
Dia memperkirakan pembangkit listrik bisa mati total dalam waktu 72 jam.
Marouf mendesak masyarakat internasional untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi di Gaza akibat pengeboman Israel.
Dia juga mencatat bahwa sejak Selasa, pesawat tempur Israel telah menghancurkan total delapan bangunan yang terdiri dari 28 unit tempat tinggal, sementara ratusan lainnya rusak sebagian.
Pada hari Jumat, terjadi baku tembak antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina. Kelompok Palestina menembakkan beberapa rentetan roket ke sasaran Israel, sementara Israel melakukan serangkaian serangan udara yang menargetkan lahan pertanian, pos terdepan militer, dan lokasi peluncuran roket milik kelompok Jihad Islam di Jalur Gaza.
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan 31 orang, termasuk enam anak dan tiga wanita, telah tewas, dan 93 lainnya, termasuk 32 anak dan 17 wanita, terluka dalam empat hari terakhir serangan udara pasukan Israel.
Layanan medis darurat nasional Israel, Magen David Adom, melaporkan bahwa pada hari Kamis sebuah roket yang ditembakkan dari Gaza menghantam sebuah bangunan tempat tinggal di kota Rehovot, Israel tengah, yang mengakibatkan satu kematian dan lima luka-luka.
(T.RA/S: Anadolu Agency)