Jakarta, NPC – Aqsha Working Grup (AWG) menggelar dialog tentang Palestina melalui aplikasi Zoom Meeting, Senin (4/10/2021) malam.
Acara ini dihadiri oleh Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair Al-Shun, Pembina AWG Imaam Yakhsyallah Mansur, Hakim Agung dan Penasihat Presiden Palestina untuk Hubungan Antar Agama Dr. Mahmoud Al Habbash, Uskup Agung Yerusalem Syaikh Athallah Hanna, Rohaniawan Katolik dan Budayawan Nasional Romo Prof. Franz Magnis Suseno, dan Filolog serta Ahli Perbandingan Agama Universitas Airlangga Dr. Menachem Ali, MA.
Sekitar 217 peserta dari berbagai wilayah dalam dan luar negeri mengikuti webinar ini.
Dalam dialog yang melibatkan unsur yang lebih luas dan lintas agama internasional itu, Imaam Yakhsyallah Mansur selaku Pembina AWG kembali menegaskan bahwa persoalan Palestina bukan masalah agama, namun lebih kepada masalah kemanusiaan.
Ia berpendapat, melihat kondisi kehidupan yang menyesakkan yang diderita oleh warga Palestina akibat praktik pendudukan Israel terhadap mereka, harus membuat dunia tidak tinggal diam. Hematnya, telah menjadi tanggung jawab semua pihak untuk meningkatkan kesadaran publik akan penderitaan rakyat Palestina dan mengambil semua tindakan yang bisa diambil untuk membantu mereka menyelesaikan penjajahan dan krisis ini.
“Problem paling besar di zaman sekarang ini adalah penjajahan atas Palestina. Jadi persoalannya bukan masalah agama, namun lebih kepada masalah kemanusiaan,” kata Imaam membuka AWG Special Webinar Internasional “Dialog Lintas Agama.”
Dr. Mahmoud Al Habbash menyatakan bahwa situasi hak asasi manusia di wilayah Palestina, termasuk Yerusalem Timur sangat parah. Israel lanjutnya, diduga telah melakukan pelanggaran hukum humaniter internasional dan semua pelanggaran hukum hak asasi manusia internasional. hingga dan sejak 13 April 2021. Itu semua, bagi Mahmoud merupakan penodaan pada nilai-nilai kemanusiaan universal.
“Apa yang terjadi itu merupakan penodaan pada kemanusiaan,” katanya.
Sejatinya saat ini bangsa Palestina juga ingin hidup bebas dan merdeka seperti bangsa lain, memperoleh perdamaian, stabilitas, demokrasi, dan hak asasi manusia. Meski membutuhkan bertahun-tahun atau dekade, rakyat Palestina akan terus berjuang demi merdeka seperti bangsa-bangsa lain, menjadi negara yang bebas dan demokratis terlepas dari musuh dan sekutunya.
“Kami ingin hidup terhormat dan merdeka seperti bangsa lain,” ucapnya.
Sementara Uskup Agung Yerusalem Syaikh Athallah Hanna dalam orasinya menyampaikan salam dan hormat kepada pemerintah dan rakyat Indonesia yang selalu membela Palestina. Dirinya melihat, Indonesia baik dari pemerintah maupun masyarakatnya selalu konsisten memberikan dukungan politik, ekonomi, kemanusiaan dan peningkatan kapasitas untuk rakyat Palestina.
Menurutnya, penjajahan di Palestina adalah pekerjaan rumah kemanusiaan. Semua orang, apa pun agamanya harus berjuang untuk kemerdekaan Palestina.
“Setiap orang yang punya nilai-nilai kemanusiaan, harus membela Palestina dan tidak acuh,” kata Athallah Hanna, peraih gelar Master of Theology dari University of Thessaloniki pada tahun 1991.
Webinar ini semakin menarik dengan hadirnya Rohaniawan Katolik dan Budayawan Nasional Romo Prof. Franz Magnis Suseno, dan Filolog serta Ahli Perbandingan Agama Universitas Airlangga Dr. Menachem Ali, MA., untuk memberikan perpektif yang beragam perihal perjuangan nilai-nilai kemanusiaan di Palestina.
Diketahui, bahwa isu Palestina adalah tragedi berkecamuknya bangsa Arab, kaum Muslim, dan salah satu isu utama kaum merdeka di dunia ini. Oleh sebab itu, wajib bagi setiap muslim dan manusia merdeka di dunia ini untuk mengerahkan seluruh tenaganya untuk mengambil peran dan memanfaatkan semua energi serta kemampuan politik, keamanan dan diplomatiknya untuk melayani suara hak Palestina, yang saat ini sedang dihadapkan oleh momok kekuatan mesin perang Israel.
