Gaza, NPC – Secercah senyum dan kegembiraan hadir dari masyarakat Palestina di Jalur Gaza ketika mereka menerima bantuan selimut hangat dari Nusantara Palestina Center (NPC).
250 keluarga menerima bantuan selimut tersebut. Warga Gaza bersyukur mendapat bantuan ini, pasalnya mereka dalam menghadapi cuaca dingin ekstrem tidak memiliki perlengkapan yang memadai, seperti selimut hangat.
Bantuan selimut hangat NPC disalurkan ke Jabalia wilayah Gaza Utara, pengungsian Nahar Baarid Khan Yunis wilayah Gaza Selatan, dan Deir Balah wilayah Gaza Tengah.
Distribusi bantuan ini berjalan dibawah pengawasan langsung Ketua Dewan Pembina NPC Abdillah Onim dan tim di Gaza.
Menurut Abdillah Onim, atau Bang Onim, warga Gaza yang terisolir tidak dapat tinggal di tempat yang hangat, artinya mereka harus menghadapi masalah cuaca dingin yang ekstrem ini. Sebagain besar warga Gaza yang di pengungsian, lanjut Bang Onim, tinggal di sebuah rumah kecil yang dibangun dengan dinding besi, yang memiliki banyak lubang yang memungkinkan air hujan dan angin dingin masuk.
Bang Onim berharap, bantuan NPC ini dapat meringankan beban warga Gaza dalam menghadapi cuaca dingin yang ekstrem di tengah berjalannya blokade Israel.
Warga Gaza tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada NPC dan seluruh donatur atas bantuan yang telah diberikan kepada mereka.
Menurut statistik resmi yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik Palestina, sekitar 64 persen populasi di Gaza berada dalam kemiskinan, dengan 33 persen populasi dalam kemiskinan ekstrim dan 57 persen mengalami kerawanan pangan.
Bagi keluarga yang membutuhkan dan miskin di Jalur Gaza, musim dingin adalah gerbang baru bagi penderitaan mereka yang tiada akhir karena kekurangan peralatan penghangat yang tepat, serta makanan yang cukup.
Diketahui, baru-baru ini, Jalur Gaza dilanda hujan lebat selama berhari-hari dan banjir. Akibatnya, banyak rumah milik keluarga miskin yang terkena dampak negatif cuaca karena puluhan jalan dan dataran rendah tergenang air.
Musim dingin yang sudah tiga bulan ini berjalan secara langsung menambah beban warga Gaza.
Sejak 2007, warga Palestina di Gaza menderita kondisi hidup yang sangat sulit akibat blokade Israel. Selain itu, tentara Israel melancarkan lima perang skala besar dan lusinan serangan militer singkat terhadap warga Palestina di Gaza, yang menyebabkan ribuan orang tewas dan menghancurkan ribuan bangunan perumahan, industri, dan pemerintah.
Pada tahun 2012, PBB mengatakan dalam laporan tahunannya bahwa Jalur Gaza akan “tidak dapat ditinggali” jika blokade Israel berlanjut. Sejak itu, PBB berulang kali memperingatkan tentang penurunan tajam kondisi kehidupan di Jalur Gaza.
Gaza berada di bawah blokade ketat, yang menyebabkan penghentian proyek infrastruktur yang sejalan dengan pengembangan pengumpulan air hujan dan metode drainase. Jalur Gaza harus segera disuplai dengan peralatan yang diperlukan untuk menghadapi cuaca ekstrem dan perubahan iklim yang melanda dunia.