Tel Aviv, NPC – Kantor administrasi Rumah Sakit Hadassah Israel di Yerusalem, sebagaimana dilansir RT Arabic, pada Minggu (27/11/2022), memecat seorang dokter Palestina karena memberikan permen kepada seorang anak Palestina yang dituduh oleh Tel Aviv melakukan penikaman.
Ahmed Mahajna, dokter Palestina yang dipecat tersebut berasal dari kota Umm Al-Fahm, kawasan yang diduduki Israel tanah tahun 1948. Ahmed Mahajana telah memberikan sepotong permen kepada anak Palestina yang mengalami luka, Ahmed Abu Qutaish, yang dituduh pihak pendudukan Israel melakukan “penikaman” di Yerusalem, pada Oktober lalu.
Aktivis hak asasi manusia menganggap Rumah Sakit Hadassah di Yerusalem sebagai model rasisme negara pendudukan Israel terhadap segala sesuatu yang berbau Arab-Palestina. Hasutan media Israel memiliki andil terbesar dalam keputusan pemecatan.
Sebelumnya, Komisi Tahanan Palestina, pada Minggu (20/11/2022), menyebutkan bahwa sejak tahun 1967, pasukan pendudukan Israel telah menangkap lebih dari 50.000 anak Palestina. Dalam pernyataan yang dikeluarkan dalam rangka peringatan Hari Anak Internasional, Komisi Tahanan menyatakan bahwa di antara 50.000 anak yang ditangkap tersebut, sekitar 20.000 ditangkap sejak pecahnya Intifada Al-Aqsha, pada 28 September 2000.
Komisi Tahanan Palestina mengindikasikan bahwa otoritas pendudukan Israel telah menangkap sekitar 770 anak sejak awal tahun ini, termasuk 119 anak yang ditangkap pada Oktober lalu, di mana mayoritas berasal dari Yerusalem.
Komisi Tahanan memperingatkan dampak dari penargetan penangkapan yang terus berlanjut terhadap anak-anak Palestina yang dilakukan pasukan pendudukan Israel. Komisi Tahanan Palestina memperingatkan bahwa penangkapan, penahanan, dan penyiksaan memiliki efek buruk terhadap realitas dan masa depan anak-anak Palestina.
Lembaga Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) dan semua lembaga internasional yang peduli terhadap anak-anak dan hak asasi manusia menyerukan intervensi mendesak untuk melindungi anak-anak dari penargetan Israel yang terus meningkat.
Lembaga internasional juga mendesak berbagai pihak untuk bekerja keras dalam membebaskan semua tahanan anak-anak dan menghentikan penangkapan mereka, terutama karena hukum internasional menjamin kehidupan yang aman dan bermartabat bagi anak-anak.
Berdasarkan laporan dan dokumentasi yang dikumpulkan Lembaga Pertahanan Anak Internasional Palestina (DCIP), sebanyak 48 anak Palestina telah dibunuh sejak awal tahun 2022, termasuk 31 anak Palestina yang ditembak dan dibunuh oleh pasukan atau pemukim Israel di Tepi Barat yang diduduki.
Berdasarkan bukti dan dokumentasi yang dikumpulkan DCIP, tahun 2021 adalah tahun paling mematikan bagi anak-anak Palestina sejak 2014. Pasukan pendudukan Israel dan pemukim Israel bersenjata membunuh 78 anak Palestina.
(T.FJ/S: RT Arabic)