Tel Aviv, SPNA – Surat kabar Israel Haaretz menyoroti “peran memalukan” negara itu dalam “genosida” rezim militer Myanmar melawan minoritas Muslim Rohingya. Media ini mengutip tentang penjualan senjata Tel Aviv ke negara Asia Tenggara tersebut dan hubungan kedua negara.
Kutipan pendapat Charles Dunst, Rabu (11/12/2019), mengkritik sikap pasif Israel terhadap populasi Rohingya yang tidak memiliki kewarganegaraan. Dia mengklaim bahwa Israel memberi Myanmar alat dan ruang diplomatik untuk melakukan kekejaman.
Dunst juga ingat bagaimana dirinya bertemu dengan duta besar Israel untuk Myanmar tahun lalu, Ronen Gilor, dan mengemukakan penganiayaan Rohingya melalui penjualan senjata oleh Israel ke negara itu.
Gilor baru-baru ini mendapat kecaman atas tweet yang sekarang dihapus. Dalam ciutannya, Gilor berharap “semoga sukses” untuk delegasi Myanmar yang dipimpin oleh pemimpin de facto Aung San Suu Kyi menjelang sidang atas tuduhan genosida di Den Haag.
Pernyataan itu kemudian dikecam oleh Kementerian Luar Negeri Israel yang menggambarkannya sebagai sebuah “kesalahan”.
Lebih dari 730.000 Muslim Rohingya telah melarikan diri ke negara tetangganya Bangladesh sejak penumpasan oleh militer Myanmar pada 2017, yang menewaskan 24.000 orang, kata penyelidik PBB. Menurut sebuah laporan oleh Ontario International Development Agency (OIDA), “sekitar 18.000 perempuan dan gadis Rohingya diperkosa oleh tentara dan polisi Myanmar. Lebih dari 115.000 rumah Rohingya dibakar dan 113.000 lainnya dirusak.”
Mayoritas penganut Budha Myanmar menyangkal tuduhan genosida.
Menurut Hukum Kewarganegaraan Burma tahun 1982, orang Myanmar termasuk dalam delapan ras pribumi: Bamar, Chin, Kachin, Kayin, Kayah, Mon, Rakhine dan Shan, yang dibagi menjadi 135 kelompok etnis yang berbeda. Rohingya tidak dianggap milik kelompok mana pun dan karenanya bukan warga negara. Sebaliknya mereka disebut sebagai “Bengali”.
Sebelumnya dikenal sebagai Burma, perdana menteri pertama Myanmar U Nu dikatakan memiliki “titik lemah bagi Israel,” dan dekat dengan Perdana Menteri Israel pertama David Ben-Gurion. Nu adalah perdana menteri pertama yang mengunjungi negara Israel yang baru lahir pada tahun 1955.
(T.RA/S: MEMO)