Tel Aviv, SPNA – Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu berjanji akan memberlakukan otoritas Israel di Lembah Yordania dan Tepi Barat.
Hal ini disampaikan Netanyahu dalam pertemuan partai Likud setelah partai sayap kanan Israel tersebut berhasil mendominasi dalam pemilu, Selasa (03/02).
Netanyahu juga berjanji akan mencari solusi mengantisipasi ancaman Iran terhadap Israel. “Ini hanya sebagian dari janji kita untuk Israel dan saya akan melaksanakannya, ” tegasnya seperti dikutip Maannews.
Ekspansi Israel ke Lembah Yordania dan Tepi Barat sudah dikampanyekan Netanyahu sejak sebelum pemilu Israel digelar.
Pertengahan Desember lalu, Netanyahu berjanji akan menjamin dukungan Amerika Serikat dalam upayanya untuk mencaplok Lembah Yordania. Tidak hanya itu, dukungan ini diberikan pula pada permukiman ilegal yang dibangun di Tepi Barat yang diduduki dan Yerusalem Timur.
Saat ini, Netanyahu sedang berjuang untuk mempertahankan posisinya sebagai pemimpin Partai Likud melawan saingannya, dalam upaya untuk terpilih kembali sebagai perdana menteri.
Komite Pemilu Israel Selasa malam (02/03), mengumumkan penutupan bilik suara dan mulai menghitung suara yang masuk. Hasil sementara menunujkkan keunggulan Netanyahu atas rivalnya Benny Gantz.
Informasi keunggulan Perdana Menteri Israel yang ke sembilan tersebut diperoleh dari sejumlah televisi lokal Israel, salah satunya Channel 13.
Dalam laporannya, media Israell tersebut menyebutkan, partai Likud pimpinan Netanyahu berhasil mengamankan 37 kursi Parlemen/Knesset.
Sedangkan kubu koalisi “Putih Biru” yang mengusung Gantz sebagai Perdana Menteri mendapatkan 33 kursi.
Adapun koalisi politik yang didominasi oleh partai-partai arab, Joint List, berhasil mendapatkan 13 kursi. Dan enam kursi lainnya dipegang Partai Yisrael Beiteinu, milik mantan Menteri Pertahanan Israel, Avigdor Lieberman.
Komite Pemilu menyebutkan bahwa jumlah pemilih Israel berada pada angka 6 juta 454 orang. Ini merupakan pemilu Israel yang ke tiga kalinya dalam sebelas bulan terakhir. Dua pemilu Israel lainnya berlangsung pada April dan September 2019.
Pemilu jilid ke empat dapat saja terjadi jika salah satu calon tidak berhasil mendapatkan suara signifikan. Akan tetapi menurut amatan para analis Israel, pemilu ulang akan berbahaya dan tidak seharusnya terjadi. Ketidakpastian politik berdampak buruk bagi keuangan negara.
(T.RS/S:Maannews)