Baghdad, SPNA – Sejak pertama kali bergejolak, Oktober 2019, demonstrasi di Irak telah memakan korban sebanyak 550 orang, lansir Sharjah24, Sabtu (08/02), mengutip pernyataan dari Komisi Hak Asasi Manusia Pemerintah.
Sedangkan jumlah korban yang terluka mencapai 30 ribu orang.
Unjuk rasa besar-besaran tersebut dipicu oleh tuduhan warga kepada pemerintahan yang dianggap korup sehingga tidak dapat mensejahterakan warga.
Terkait jumlah korban yang sangat besar tersebut pengunjuk rasa menuduh pihak keamanan sebagai pihak yang harus bertanggung jawab. Serta sejumlah kelompok yang sengaja dipersenjtai untuk menyerang warga.
Beberapa hari lalu, Rabu (05/02), BBC melaporkan enam demonstran meninggal dunia di Nejaf, hasil bentrokan antara demonstran anti-pemerintahan dan gerakan pendukung Muqtada Al-Sadr.
Muqtada As-Sadr awalnya juga berada di barisan warga menentang pemerintahan. Namun kebijakan kelompok tersebut berubah haluan sepekan terakhir. Mereka balik mendukung pemerintah dan berusaha membubarkan demonstran dari jalanan.
(T.HN/S: Sharjah24)