Jalur Gaza, NPC – Sejumlah dokter Barat yang berkunjung ke Jalur Gaza dalam beberapa bulan terakhir mengatakan bahwa sistem perawatan kesehatan di Gaza mengalami kelumpuhan total akibat “kekejaman yang mengerikan” yang diakibatkan oleh serangan Israel.
Dilansir Sharq Al-Awqsat (20/03/2024), empat dokter yang berasal dari Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis, bekerja dengan tim di Gaza untuk mendukung sistem kesehatan yang lumpuh menyusul serangan militer Israel pada bulan Oktober lalu.
Nick Maynard, seorang ahli bedah yang mengunjungi Gaza pada bulan Januari lalu dengan yayasan amal Inggris Medical Aid for Palestinians (MAP) mengaku bahwa pernah dia melihat seorang anak perempuan dengan luka bakar parah hingga dia bisa melihat tulang-tulang wajahnya.
“Kami tahu bahwa tidak ada peluang baginya untuk bertahan hidup, di saat yang sama tidak ada morfin untuk diberikan. Jadi, dia tidak hanya akan mati, tapi dia akan mati dalam penderitaan,” ungkap Maynard dalam acara yang diadakan di markas PBB di New York.
Zaher Sahlool, dokter spesialis perawatan kritis dari organisasi Med Global juga menceritakan apa pengalamannya merawat seorang gadis bernama Hayam Abu Khdeir.
Gadis berusia tujuh tahun tersebut dirawat di Rumah Sakit Eropa di Gaza akibat luka bakar tingkat tiga di 40% tubuhnya pasca serangan udara Israel yang menargetkan rumahnya. Serangan itu menewaskan sang ayah dan saudaranya laki-laki serta melukai ibunya.
Sahlool mengatakan bahwa setelah beberapa minggu penundaan, Hayam akhirnya dirujuk ke Mesir untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut, sayangnya dia meninggal dua hari setelahnya.
Menurut pernyataan ahli global, apa yang dilakukan Israel adalah genosida yang sedang diselidiki oleh Pengadilan Internasional.
Israel membantah tuduhan melakukan genosida, dan bersikeras bahwa mereka hanya menargetkan Hamas tanpa sengaja melukai warga sipil. Mereka juga menuduh Hamas menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia, dan menegaskan bahwa Israel memiliki hak untuk membela diri.
Para dokter juga memperingatkan tentang kemungkinan terjadinya banyak korban jiwa jika Israel melanjutkan rencananya untuk menyerang kota Rafah di selatan Jalur Gaza. Maynard mengatakan, “Jika terjadi invasi besar ke Rafaah, kita akan melihat jumlah korban jiwa yang mengerikan.”
(T.RS/S:SharqAl-Awsat)