Ramallah – NPC – Setidaknya 18 jurnalis Palestina telah terbunuh di Gaza sejak 7 Oktober lalu– lebih dari satu jurnalis per hari – yang merupakan pelanggaran berat terhadap hukum internasional, kata ActionAid dalam sebuah pernyataan Minggu (22/10/2023).
Korban terbaru adalah Rushdi Sarraj, seorang jurnalis foto muda Palestina yang terbunuh pada hari Minggu (22/10/2023) ketika rumahnya dibom di Kota Gaza.
“Wartawan Palestina dengan berani mendokumentasikan pemboman di Gaza selama dua minggu terakhir dengan risiko pribadi yang besar sehingga dunia dapat menyaksikan kehancuran yang menimpa penduduk sipil di sana. Dengan tidak adanya jurnalis asing yang diizinkan masuk ke negara ini sejak tanggal 7 Oktober, dedikasi mereke menjadi sangat penting selama konflik ini berlangsung,” kata ActionAid.
“Mereka terus bekerja meski menghadapi ancaman dan kesulitan yang sama seperti 2,2 juta penduduk Gaza lainnya. Mereka bertanya-tanya di mana mereka bisa mendapatkan keselamatan dari serangan udara yang terus menerus, di mana mereka bisa mendapatkan makanan atau air bersih untuk diminum. Kami tidak yakin apakah mereka dan keluarga mereka akan bisa bertahan.”
“Di bawah hukum humaniter internasional, jurnalis dilindungi – sebagai warga sipil – dari serangan yang disengaja dan langsung. ActionAid menyerukan gencatan senjata segera untuk melindungi mereka dan seluruh warga sipil di Gaza.” Tambah lembaga tersebut dalam pernyataanya.
Riham Jafari, Koordinator Advokasi dan Komunikasi di ActionAid Palestine mengatakan: “Wartawan Palestina di Gaza mempertaruhkan nyawa mereka dan terus melanjutkan liputan media mereka di Gaza meskipun ada serangan udara Israel yang terus menerus, kurangnya perlindungan dan keselamatan, gangguan komunikasi, dan pemadaman listrik.”
“Kami menghimbau masyarakat internasional untuk segera turun tangan menyelidiki serangan terhadap jurnalis dan properti media di Jalur Gaza dan Tepi Barat. Menyerang jurnalis merupakan pelanggaran terhadap hak hidup dan kebebasan berekspresi.”
“Wartawan di Gaza adalah warga sipil dan mereka harus dilindungi untuk melanjutkan pekerjaan mereka tanpa gangguan, agar orang-orang di seluruh dunia mengetahui dan memahami realitas kondisi kemanusiaan dan politik di Jalur Gaza.” Demikian tutupnya.
ActionAid adalah organisasi non-pemerintah internasional, yang bermarkas besar di Johannesburg, Afrika Selatan, yang tujuan utamanya adalah memerangi kemiskinan dan ketidakadilan di seluruh dunia.
(T.HN/S: WAFA)