Jalur Gaza, NPC – Bulan Ramadan yang semestinya umat muslim Palestina menyambut dengan kegembiraan berubah menjadi sebuah kedukaan setelah serangan Israel diluncurkan tepat beberapa hari sebelum bulan suci tiba.
Pada Sabtu (4/5/2019), Israel meluncurkan serangan udara ke Jalur Gaza hingga menimbulkan banyak korban. Dalam serangan udara Israel yang menarget 13 titik tersebut, tercatat sebanyak 300 apartemen hancur. Israel mengklaim, serangan itu adalah balasan setelah sebelumnya milisi Gaza melancarkan serangan ke wilayah mereka.
Akibat serangan udara Israel itu, saat ini kondisi di Jalur Gaza sangat memprihatinkan. Blokade yang mereka lakukan semakin ketat pasca serangan, hingga berdampak pada bertambah sulitnya penyaluran distribusi bahan makanan dan obat-obatan .
Dari pantauan hasil wawancara Abdillah Onim oleh iNews Sore (9/5/2019) diketahui, untuk mendapatkan bahan-bahan makan dan obat-obatan haruslah dipesan dari tepi barat atau Yerussalam. Hal itu diakui oleh Abdillah Onim tidak mudah, karena pihak Israel sangat ketat sekali terhadap bantuan yang masuk ke Jalur Gaza.
Abdillah Onim menyatakan saat ini pasca gencatan senjata 4 hari bulan suci Ramadan, wilayah Jalur Gaza dalam kondisi krisis bahan makanan dan obat-obatan. Bang Onim mengaku beberapa hari terakhir bertemu dengan pasien anak-anak di rumah sakit Gaza, mereka dalam kondisi terluka akan tetapi mereka tidak mendapatkan obat-obatan dan pelayanan kesehatan.
“Pasca gencatan senjata 4 hari bulan suci Ramadan, wilayah Jalur Gaza dalam kondisi krisis bahan makanan dan obat-obatan. Beberapa hari yang lalu saya bertemu dengan pasien anak-anak di rumah sakit Gaza, mereka tentunya sangat-sangat memprihatinkan, karena dalam kondisi terluka, dalam kondisi sakit, akan tetapi mereka tidak mendapatkan obat-obatan dan pelayanan kesehatan,” terang Abdillah Onim kepada iNews Sore.
Menurut Abdillah Onim, bantuan hingga saat ini belum juga sampai secara utuh ke Jalur Gaza karena terkendala di perbatasan. Pihak Israel, lanjut Abdillah, sangat ketat terhadap segala bantuan yang masuk ke Palestina.
“Terkendala di perbatasan. Pihak Israel sangat ketat terhadap segala bantuan yang masuk ke Palestina,” katanya.
Abdillah menuturkan terdapat dua pintu perbatasan di Jalur Gaza, yaitu perbatasan Rafah perbatasan antara Gaza dan Mesir, serta pintu perbatasan antara Israel dan Jalur Gaza. Kedua perbatasan ini adalah satu-satunya yang diharapkan oleh masyarakat di Jalur Gaza.
Saat ini, persaksian Abdillah Onim tetang situasi yang terjadi di Jalur Gaza, menurutnya sedang dalam krisis yang luar biasa. Sebab dengan adanya blokade dan penjajahan itu telah melumpuhkan sendi ekonomi dan juga lainya. Hampir setiap tahun para pengangguran tak kurang 28.000 masyarakat di Jalur Gaza tidak mendapatkan pekerjaan untuk menyambung hidup.
“Situasi saat ini di Jalur Gaza dalam kondisi krisis yang luar biasa. Karena dengan adanya blokade dan penjajahan telah melumpuhkan sendi ekonomi dan juga lainya. Hampir setiap tahun para pengangguran tak kurang 28.000 masyarakat di Jalur Gaza tidak mendapatkan pekerjaan,” tutur Abdillah.