Jakarta, NPC – Nusantara Palestina Center (NPC) menyelenggarakan Sharing Session dengan tema “Fakta dan Mitos Konflik Palestina-Israel,” pada hari Rabu (30/6/2021) sore.
Kegiatan yang digelar lewat aplikasi Zoom ini dilaksanakan untuk memperdalam dan mempelajari lebih lanjut tentang sejarah konflik Palestina-Israel. Di Sharing Session kali ini, NPC menghadirkan Kepala Biro Riset Haifa Institute Gilang Al Ghifari Lukman, MPhil., sebagai pembicara utama.
Sebelum acara sharing dimulai, Direktur Pelaksanan NPC Ihsan Zainuddin menyampaikan pentingnya kegiatan atau studi-studi yang menambah pengetahuan publik terkait isu Palestina berbasis literatur yang berkembang. Ia mengapresiasi kerja sama dan kolaborasi antara lembaga yang ia pimpin dengan Haifa Institute. Menurutnya, kolaborasi antar lembaga ini merupakan bagian integral kemitraan yang strategis dan memiliki nilai kemanfaatan yang luas. Ihsan berharap kolaborasi dua lembaga ini akan terus berlanjut.
“Saya berharap kolaborasi dan kerja sama strategis dengan Haifa yang di mana di situ ada Mas Gilang dan kawan-kawan bisa terus berlanjut dan bermanfaat,” kata Ihsan membuka forum ini.
Memasuki agenda inti dari kegiatan Sharing Session ini, Gilang yang juga merupakan Candidate in Modern Middle Eastern Studies at Oxford University itu menjelaskan bahwa pemahaman mendalam mengenai konflik Palestina-Israel itu sendiri sangat penting. Hal itu, katanya, karena konflik ini memicu ketegangan di seluruh Timur Tengah dan merupakan titik episentrum perdamaian dunia.
Dalam kerangka pemahaman yang historis dan analitik, Gilang menilai ketidakadaan kesepakatan bersama membuat konflik Palestina-Israel ini menjadi perang panas-dingin terlama yang berlangsung selama abad ke-20 dan ke-21. Menurutnya, keengganan Israel menuju kesepakatan merupakan tanda bahwa Israel bukanlah mitra damai yang baik.
“Selama tidak ada kesepakatan maka Israel tidak mencerminkan mitra damai. Israel harus bertanya sendiri, siapa sih yang tidak bisa diajak untuk damai,” ucapnya.
Menurut pembacaan teoritisnya, ia menanyakan keberadaan tentara Israel di lingkungan Masjidil Aqsha. Hal itu menciderai dewi keadilan dan menodai kesucian situs umat Islam. Maka tidak mengherankan, jika masyarakat Palestina dan umat muslim dunia marah dan mengutuk tindakan barbarians dan militeristik Israel.
Gilang mengajak masyarakat untuk istikamah dalam menyuarakan perjuangan kemerdekaan untuk Palestina. Katanya, perjuangan untuk Palestina harus dibarengi dengan ide-ide inovatif yang signifikan serta pemikiran kreatif yang berbasis ilmiah.
“Menuju perjuangan ini, kita harus naik kelas,” tegasnya.
Sementara itu, langsung dari Jalur Gaza, Dewan Pembina NPC Abdilah Onim atau Bang Onim, menyatakan bahwa NPC dan segenap elemen kemitraannya akan tetap berkomitmen memberikan dukungan kemanusiaan untuk Palestina. Tak hanya konsisten mengirimkan bantuan, NPC juga aktif mengedukasi masyarakat tentang Palestina, lewat buku, tulisan, seminar dan kajian-kajian.
“Kami masih berkomitmen, semangat kami tidak surut untuk memberikan dukungan kemanusiaan untuk masyarakat Palestina. Tak hanya itu, kami juga aktif mengedukasi masyarakat tentang Palestina,” terang Bang Onim yang saat ini tinggal di Gaza.
Sharing yang dipandu oleh Dea Aulia ini diwarnai dengan sesi tanya jawab. Beberapa pertanyaan terkait topik yang diangkat juga dilontarkan kepada pembicara.
Forum bincang-bincang ini diikuti oleh segenap staf dan sahabat NPC baik yang di Jakarta, daerah maupun di luar negeri.
Sebagai lembaga filantropi, NPC selalu mempromosikan budaya cinta dan kasih sayang untuk kemanusiaan secara umum.
__
Info program bantuan Kemanusiaan, kantor pusat NPC Jakarta, call center di nomor HP/WA: 0811 99 444 96 (NPC).
Aktivitas Sosial Kemanusiaan: www.blog.npc.id/